Sabtu, 15 Desember 2012
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBI TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA
HUBUNGAN TINGKAT
PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA
Abstrak
Latar Belakang :
Data menunjukan bahwa angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi. Data World
Factbook tahun 2008, angka kematian bayi Indonesia sebesar 31,04 menempati
urutan ke 77 dari 222 negara di dunia. Kejadian gizi buruk di Jawa Tengah
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Revitalisasi posyandu merupakan
upaya pemberdayaan posyandu untuk mengatasi masalah penurunan status gizi dan
kesehatan ibu dan anak. Keaktifan keluarga pada setiap kegiatan posyandu akan
berpengaruh pada keadaan status gizi balita. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan partisipasi ibu dengan kegiatan posyandu untuk meningkatkan
status gizi anak.
Metode :
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional yang dilakukan
dengan pendekatan
cross sectional. Populasi dan sampel adalah ibu di kelurahan Manyaran
yang memiliki balita 12-
36 bulan. Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Pengambilan
data
dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner dan status gizi
pada balita dengan
menggunakan KMS. Analisis data dilakukan uji fisher exact test menggunakan
SPSS for
Windows 17.0.
Hasil :
Ibu dengan partisipasi
rutin sebanyak 31 (77,5%) dan balita dengan status gizi baik sebanyak 29
(72,5%). Analisa data menggunakan fisher exact test untuk variabel
partisipasi dengan status gizi mendapatkan p= 0,007.
Kesimpulan :
Tingkat partisipasi
ibu di posyandu berhubungan dengan status gizi balita. Hal ini berarti ibu yang
hadir di posyandu secara rutin maka status gizi dari balita akan baik.
A.
Latar Belakang
Satu
diantara kedelapan target/sasaran Pembangunan Milenium atau Millenium Development
Goals (MDGs) yang sedang diupayakan untuk dicapai
Indonesia adalah MDG ke-4 yaitu menurunkan kematian anak-anak dibawah usia lima
tahun. Millenium Development Goals (MDGs)
adalah suatu kesepakatan yang dibuat dalam komunitas internasional melalui Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) Milenium PBB di New York pada bulan September tahun 2000
yang menghasilkan suatu deklarasi global yang disebut
Deklarasi Milenium. Deklarasi tersebut
disetujui oleh 189 negara dan ditandatangani oleh 147
kepala pemerintahan, kepala negara dan
tokoh-tokoh dunia ini menghasilkan 8 sasaran pembangunan
milenium atau Millenium
Development Goals (MDGs).
Kedelapan sasaran pembangunan milenium ini telah menjadi salah
satu acuan penting yang ingin dicapai dalam
pembangunan di Indonesia sejak tahun 2000 sampai 2015.
Angka kematian
ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi. Dilaporkan oleh World Health
Organization (WHO) pada tahun 2004 angka kematian bayi di Indonesia mencapai 39
per 1000 kelahiran hidup. Data world factbook tahun 2008, angka kematian bayi
Indonesia sebesar 31,04 menempati urutan ke 77 dari 222 negara di dunia.
Kejadian gizi
buruk di Jawa Tengah mengalami peningkatan pada 2008 terdapat 2.188 kasus gizi
buruk. Sedang pada tahun 2009 ini, jumlahnya semakin meningkat menjadi 3.420 kasus
gizi buruk. Angka ini cukup tinggi apalagi dengan perancanaan program Jateng
Sehat 2010. Tidak hanya itu, tingginya berbagai kasus kesehatan, seperti
penyebaran HIV/AIDS, maupun
penyakit menular lainnya, juga harus mendapatkan perhatian lebih.
Puskesmas
adalah salah satu bentuk dari pelayanan kesehatan primer, terintegrasi antara segi
kesehatan penyakit umum dan pencegahan penyakit dalam rangka penanggulangan
masalahmasalah kesehatan dan peningkatan status kesehatan masyarakat melalui
PKM, posyandu, maupun program KB. Pos pelayanan terpadu (posyandu) merupakan
wahana kegiatan keterpaduan KB-kesehatan di tingkat masyarakat, yang melakukan
lima program prioritas yaitu: KB, Gizi, KIA, imunisasi dan penanggulangan
diare.
Posyandu
merupakan salah satu pelayanan kesehatan di desa untuk memudahkan masyarakat
untuk mengetahui atau memeriksakan kesehatan terutama untuk ibu hamil dan anak balita.
Keaktifan keluarga pada setiap kegiatan posyandu tentu akan berpengaruh pada
keadaan status gizi anak balitanya. 5 Pada saat ini pemantauan pertumbuhan
merupakan kegiatan utama posyandu yang jumlahnya mencapai lebih dari 260 ribu
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 74.5% (sekitar 15 juta) balita
pernah ditimbang minimal 1 kali selama 6 bulan terakhir, 60.9% diantaraanya
ditimbang lebih dari 4 kali. Sebanyak 65% (sekitar 12 juta) balita memiliki
KMS.
B.
Rumusan
Masalah
Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan
status gizi balita ?
C.
Tujuan
Untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang
gizi dengan status gizi balita
D.
Manfaat
Penelitian
Ø Manfaat bagi
peneliti
Mengaplikasikan
ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan khususnya dalam bidang bidang penelitian
serta memberi bahan masukan dan perbandingan bagi penelitian lanjut yang
serupa.
Ø Bagi ibu yang mempunyai balita
Agar ibu dapat mengetahui tentang status gizi anak .
E.
Tinjauan Pustaka
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan
termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip danprosedur yang secara Probabilitas
Bayesian adalah benar atau berguna.
Gizi adalah Gizi adalah proses menggunakan makanan oleh
manusia melalui proses – proses (digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat – zat yang tidak digunakan) untuk proses
pertumbuhan perkembangan dan mempertahankan kesehatan. Nama lain dari gizi
adalah nutrisi.
Status gizi adalah Status gizi adalah ukuran keberhasilan
dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan
dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan
yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.
Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data
antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000: 1).
F.
Metodelogi Peneelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional yang
mempergunakan desain cross sectional. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah ilmu kesehatan masyarakat.
Variabel yang digunakan pada
penelitian ini ada 2 yaitu variabel bebas dan variable tergantung. Variabel
bebas adalah partisipasi ibu di posyandu dan variabel tergantung adalah status
gizi balita.
Responden adalah Ibu yang memiliki
balita 12-36 bulan di Manyaran, Semarang Barat, yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi. Kriteria inklusi yaitu aktif dalam kegiatan posyandu dan bersedia
menjadi responden. Sedangkan kriteria ekslusi adalah ibu yang tidak bersedia
menjadi responden, ibu tidak memiliki KMS dan ibu balita yang menjadi kader.
Cara pengambilan data penelitian
diambil melalui wawancara dengan teknik secara purposive sampling. Data yang diambil adalah data primer dan data
sekunder. Data primer meliputi hasil wawancara langsung dengan ibu-ibu yang
mempunyai balita dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan. Data
sekunder adalah data tentang jumlah anak balita yang terdaftar di posyandu yang
meliputi tentang kegiatan posyandu yang meliputi penimbangan anak balita dan
hasil berat badan anak balita yang diperoleh dari KMS.
Pengukuran yang digunakan untuk
mengukur tingkat partispasi dibagi menjadi 3, yaitu partisipasi tinggi apabila
jumlah kehadiran 6 kali dalam 6 bulan, sedang apabila jumlah kehadiran 4 kali
dalam 6 bulan dan rendah apabila jumlah kehadiran 3 kali dalam 6 bulan.
Pengukuran
status gizi balita dibagi menjadi 2, yaitu baik apabila kurva pada KMS
menunjukkan
N1 atau N2 dan
dinyatakan status gizi tidak baik apabila kurva KMS menunjukan T1, T2 atau T3.
Data yang didapatkan selanjutnya
dianalisis secara deskriptif dan hipotesis menggunakan fisher exact test dengan derajat kemaknaan p≤0,05
sesuai dengan tujuan penelitian. Pengolahan data menggunakan program SPSS for Windows 17.0.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
ABSTRAK
Latar
belakang :
dua
pertiga kematian bayi adalah kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) yang
menurut Manuaba (1998) dipengaruhi oleh faktor ibu, kehamilan, janin, dan
faktor yang masih belum diketahui. Rerata kejadian BBLR tertinggi terjadi di
Puskesmas Pamulihan (8,7%) pada tahun 2006-2008 dan terendah terjadi di
Puskesmas Tanjungmedar (1,2%). Faktor ibu merupakan faktor yang masih bisa
dilakukan intervensi agar tidak terjadi BBLR.
Tujuan penelitian :
ini adalah untuk mengetahui faktor–faktor
ibu yang berhubungan dengan kejadian BBLR di Puskesmas Pamulihan Dinas
Kesehatan Kabupaten Sumedang Tahun 2008.
Metode:
penelitiannya korelasional yang bersifat
kuantitatif. Teknik pengambilan sampel purposive sampling berjumlah 60 orang
ibu bersalin yang memiliki bayi lahir hidup dan memeriksakan kehamilannya. Pengumpulan data dengan studi dokumentasi medical record kemudian
dianalisis dengan univariat dan chi-square.
Hasil penelitian
:
menunjukkan bahwa faktor-faktor ibu yang
berhubungan signifikan dengan kejadian BBLR adalah status gizi, umur, jarak
kehamilan, penyakit menahun yang dialami, pekerjaan ibu pada saat hamil dengan
ρ value berturut-turut 0.004, 0.036, 0.045, 0.003, 0.016. Saran yang
dikemukakan antara lain perlu peningkatan cakupan pelayanan antenatal, screening
status gizi ibu sebelum hamil, tetap menjaga keberhasilan program KB, serta
kerjasama lintas sektoral untuk umur berisiko dan penyediaan air bersih.
A. Latar Belakang
Target Milleneum Development Goals sampai
dengan tahun 2015 adalah mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua
per tiga dari tahun 1990 yaitu sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup.1 Angka kematian
bayi di Indonesia menurut SDKI 2002-2003, 57% angka kematian bayi terjadi pada
umur dibawah 1 bulan. Penyebab tersebut antara lain karena gangguan perinatal
dan bayi dengan berat badan lahir rendah. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan
prematur merupakan penyebab kematian neonatal yang tinggi yaitu sebesar 30,3%.2
Neonatal dengan BBLR beresiko mengalami kematian 6,5 kali lebih besar daripada bayi
yang lahir dengan berat badan normal.3 Disamping itu BBLR memiliki risiko
kematian yang lebih tinggi dibandingkan bayi dengan berat badan normal ketika
dilahirkan, khususnya kematian pada masa perinatal. BBLR dapat berakibat jangka
panjang terhadap tumbuh kembang anak di masa yang akan datang. Dampak dari bayi
lahir dengan berat badan rendah ini adalah pertumbuhannya akan lambat,
kecenderungan memiliki penampilan intelektual yang lebih rendah daripada bayi
yang berat lahirnya normal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental
dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya
perawatan yang tinggi. 4 Faktor – faktor resiko yang mempengaruhi terhadap
kejadian BBLR, antara lain adalah karakteristik sosial demografi ibu (umur
kurang dari 20 dan umur lebih dari 34
tahun, ras kulit hitam, status social ekonomi yang kurang, status perkawinan
yang tidah sah, tingkat pendidikan yang rendah). Risiko medis ibu sebelum hamil
juga berperan terhadap kejadian BBLR (paritas, berat badan dan tinggi badan,
pernah melahirkan BBLR, jarak kelahiran). Status kesehatan reproduksi ibu berisiko
terhadap BBLR (status gizi ibu, infeksi dan penyakit selama kehamilan, riwayat
kehamilan dan komplikasi kehamilan).
B. Rumusan Masalah
Penerapan penjagaan mutu pelayanan kesehatan
ibu dan bayi sudah dilakukan oleh RSUD Banyumas. Perencanaan dengan
penggerakkan puskesmas dan jajarannya termasuk bidan desa dalam upaya penurunan
kejadian BBLR juga telah dilakukan. Program dan fasilitas KIA yang tersedia di RSUD
Banyumas sudah cukup lengkap serta adanya penghargaan sebagai rumah sakit
sayang ibu dan bayi. Program penurunan kejadian BBLR telah dilaksanakan, namun
kejadian BBLR masih cukup tinggi di RSUD Banyumas, bahkan cenderung meningkat
dari tahun 2005 (12,97%) sampai dengan 2007 (14,05%). Berdasarkan latar
belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui faktor maternal dan
kualitas pelayanan antenatal manakah yang merupakan faktor risiko terhadap
kejadian BBLR di RSUD Banyumas Tahun 2008.
Dari
uraian diatas maka dibuat pertanyaan penelitian yaitu “ factor maternal dan
kualitas pelayanan antenatal manakah yang merupakan faktor risiko kejadian BBLR
di RSUD Banyumas tahun 2008? “
C. Tujuan
Ø Menganalisis
faktor risiko riwayat penyakit terhadap kejadian BBLR.
Ø Menganalisis
faktor risiko umur ibu terhadap kejadian BBLR.
Ø Menganalisis faktor risiko paritas terhadap
kejadian BBLR.
D. Manfaat
1. Bagi peneliti
Mengaplikasikan
ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan khususnya dalam bidang bidang penelitian
serta memberi bahan masukan dan perbandingan bagi penelitian lanjut yang
serupa.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan
informasi tentang faktor risiko maternal (gangguan/penyakit, umur, paritas
jarak kelahiran) serta kualitas pelayanan antenatal terhadap kejadian BBLR.
E. Tinjauan Pustaka
a.
Berat Bayi Lahir
Berat badan merupakan ukuran antropometrik
yang terpenting, dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada
semua kelompok umur. Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan antara
lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh, dll. Berat badan dipakai sebagai
indikator terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh
kembang anak. Kualitas bayi baru lahir juga dapat diketahui melalui pengukuran berat
badan bayi setelah dilahirkan. Pengukuran berat badan bayi lahir dapat
dilakukan dengan menggunakan timbangan yang relatif murah,mudah dan tidak
memerlukan banyak waktu. Berat badan bayi lahir dapat diklasifikasikan menjadi
2 yaitu berat badan lahir rendah (BBLR) dan berat badan lahir normal (BBLN) Faktor
– faktor yang mempengaruhi pertumbuhan janin antara lain yaitu: faktor janin
diantaranya kelainan janin, faktor etnik dan ras diantaranya disebabkan oleh faktor genetik dan
lingkungan, serta factor kelainan kongenital yang berat pada bayi sehingga
seringkali mengalami retardasi pertumbuhan sehingga berat badan lahirnya
rendah. Selain itu faktor maternal juga mempengaruhi pertumbuhan janin,. Lepasnya
sebagian plasenta dari perlekatannya dan posisi tali pusat yang tidak sesuai
dengan lokasi pembuluh darah yang ada di plasenta dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan aliran darah plasenta ke bayi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran bayi waktu lahir yaitu
1.
Jangka waktu kehamilan
Bayi postmatur lebih panjang, berat dan lebih terisi daripada
mereka yang lahir pada umur lengkap. Bayi yang sedikit prematur kurang lemaknya
dan karenanya tampak agak lemah dan kurus.
2.
Gizi ibu
Terdapat hubungan yang jelas antara gizi ibu selama bulan–bulan
terakhir kehamilan dan ukuran bayi pada saat lahir. Semakin buruk gizi ibu
semakin kurang berat dan panjang bayinya.
3.
Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi kualitas dan kuantitas gizi
ibu selama bulan–bulan terakhir kehamilan dan ukuran bayi pada saat lahir.
Semakin buruk gizi ibu semakin kurang berat dan panjang bayinya.
4.
Urutan kelahiran
Rata
– rata bayi yang lahir pertama beratnya kurang dan lebih pendek daripada bayi
yang lahir berikutnya dalam keluarga yang sama
5.
Ukuran keluarga
Anak – anak yang lahir selanjutnya dalam
keluarga besar, terutama bila jarak kelahirannya dekat dengan kelahiran
kakaknya, cenderung lebih kecil dari saudaranya yang lebih tua. Hal ini
sebagian disebabkan oleh kondisi kesehatan umum ibunya.
6.
Kegiatan Janin
Aktivitas janin yang berlebihan dapat menyebabkan berat bayi
dibawah rata - rata untuk panjang badannya. Ini akan member gambaran kurus pada
bayi.
b.
Berat Bayi Lahir Rendah
Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan bayi
yang dilahirkan dengan berat kurang dari 2500 gram atau kurang dari 5,5 pon.
Secara umum BBLR dibagi menjadi dua yaitu : bayi prematur dan bayi kecil untuk
masa kehamilan.
1.
Bayi Prematur
Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan
makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Dengan pengelolaan yang optimal dan
dengan cara – cara yang kompleks serta menggunakan peralatan yang memadai,
gangguan yang berhubungan dengan bayi premature dapat diatasi
2.
Bayi kecil untuk masa kehamilan
Bayi kecil masa kehamilan sering disebut juga
sebagai intrauterine growth retardation (IUGR), ada 2 bentuk IUGR yaitu
:
a.
Proportionate IUGR,
janin lahir dengan berat, panjang, dan lingkaran kepaladalam proporsi yang
seimbang, akan tetapi keseluruhannya
masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya
b.
Dispropotionate IUGR,
janin lahir dengan panjang dan lingkaran kepala normal akan tetapi berat tidak
sesuai dengan masa gestasi.
C. Beberapa faktor yang mempengaruhi BBLR
adalah :
1.
factor ibu
Sosioekonomi dan demografi
Sosioekonomi
meliputi status sosial ekonomi yang rendah, status perkawinan, tingkat
pendidikan yang rendah. Budaya meliputi ras/ suku. Faktor demografi meliputi
umur ibu sewaktu hamil. Prognosa kehamilan sangat ditentukan oleh usia
seseorang. Umur yang terlalu muda atau kurang dari 17 tahun dan umur yang
terlalu lanjut lebih dari 34 tahun merupakan kehamilan resiko tinggi. sehingga
dapat berakibat terhadap kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan
janin dan beresiko untuk mengalami kelahiran premature.
Faktor
sosial ekonomi, budaya berhubungan dengan tingkat pendidikan, pekerjaan ibu,
ekonomi keluarga. Pendidikan secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil
suatu kehamilan khususnya terhadap kejadian bayi dengan berat badan lahir
rendah. Hal ini dikaitkan dengan pengetahuan ibu dalam memelihara kondisi
kehamilan serta upaya mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan selama
kehamilan.
Ekonomi
keluarga dapat menunjukkan gambaran kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan
gzi ibu selama hamil yang berperan dalam pertumbuhan janin. Keadaan sosial
ekonomi sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi
terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan keadaan gizi
yang kurang baik dan periksa hamil.
b. Resiko medis ibu
sebelum hamil dan gangguan, penyakit selama hamil
Bayi
berat lahir rendah terjadi apabila ibu mengalami gangguan/komplikasi selama
kehamilan seperti hiperemesis gravidarum yaitu komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda bila terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan
cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi, perasaan
mual ini disebabkan oleh meningkatnya kadar estrogen. Hiperemesis yang terus
menerus dapat menyebabkan kekurangan asupan makanan yang dapat mempengaruhi
perkembangan janin.
c.
Lingkungan dan Prilaku
Perilaku ibu yang suka merokok maupun terkena
pajanan asap rokok, serta konsumsi alkohol dan obat-obatan beresiko untuk
melahirkan bayi BBLR. Menurut penelitian angka insidensi bayi BBLR dari ibu
yang merokok dua kali lebh besar dari ibu yang tidak merokok.
F. Metodelogi Penelitian
a.
Variabel penelitian
Ø Variable
bebas
·
Penyakit selama kehamilan
·
Umur ibu
·
Jarak kelahiran
Ø Variable
terikat
Berat badan lahir
b.
Hipotesa penelitian
Ø
Penyakit selama kehamilan merupakan
faktor risiko terhadap kejadian
BBLR.
Ø
Umur kurang dari 20 tahun dan umur
lebih dari 34 tahun merupakan
faktor risiko terhadap kejadian BBLR
c.
Rancangan penelitian
1.
Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah
observasional yaitu melakukan pengamatan/pengukuran terhadap berbagai variable
subyek penelitian menurut keadaan alamiah, tanpa melakukan manipulasi atau
intervensi. Penelitian bersifat analitik yaitu berupaya mencari hubungan antara
variabel. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian kasus
kontrol (Case Control) yaitu suatu penelitian yang menyangkut bagaimana
faktor resiko
dipelajari. Dengan kata lain efek (status kesehatan)
diidentifikasikan pada saat ini, kemudian faktor resiko diidentifikasi adanya
atau terjadinya pada waktu lalu.
2.
Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Pendekatan waktu penelitian adalah retrospektif yaitu mengevaluasi
peristiwa yang sudah berlangsung.
3.
Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu :
a.
Data primer
Data primer didapat melalui wawancara langsung
dengan responden menggunakan kuesioner kepada ibu, pertanyaan berisi tentang
penyakit selama kehamilan, umur, paritas, jarak kelahiran, dan kualitas
pelayanan antenatal yang dilakukan selama hamil.
b.
Data sekunder
Data
sekunder diperoleh melalui hasil pencatatan data yang telah , Data ibu yang
melahirkan bayi BBLR dan BBLN, data rekam medis.
4.
Populasi penelitian
Populasi adalah ibu yang melahirkan bayi dalam kurun waktu
Maret-Mei 2008 di RSUD Banyumas. Bayi yang lahir BBLR dalam kurun waktu
tersebut berjumlah 61 sedangkan bayi yang lahir BBLN berjumlah 408.
Langganan:
Postingan (Atom)