Sabtu, 15 Desember 2012

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBI TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA


HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA
Abstrak
Latar Belakang :
Data menunjukan bahwa angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi. Data World Factbook tahun 2008, angka kematian bayi Indonesia sebesar 31,04 menempati urutan ke 77 dari 222 negara di dunia. Kejadian gizi buruk di Jawa Tengah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan posyandu untuk mengatasi masalah penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Keaktifan keluarga pada setiap kegiatan posyandu akan berpengaruh pada keadaan status gizi balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan partisipasi ibu dengan kegiatan posyandu untuk meningkatkan status gizi anak.
Metode :
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional yang dilakukan dengan pendekatan
cross sectional. Populasi dan sampel adalah ibu di kelurahan Manyaran yang memiliki balita 12-
36 bulan. Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Pengambilan data
dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner dan status gizi pada balita dengan
menggunakan KMS. Analisis data dilakukan uji fisher exact test menggunakan SPSS for
Windows 17.0.
Hasil :
Ibu dengan partisipasi rutin sebanyak 31 (77,5%) dan balita dengan status gizi baik sebanyak 29 (72,5%). Analisa data menggunakan fisher exact test untuk variabel partisipasi dengan status gizi mendapatkan p= 0,007.
Kesimpulan :
Tingkat partisipasi ibu di posyandu berhubungan dengan status gizi balita. Hal ini berarti ibu yang hadir di posyandu secara rutin maka status gizi dari balita akan baik.



A.      Latar Belakang
Satu diantara kedelapan target/sasaran Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs) yang sedang diupayakan untuk dicapai Indonesia adalah MDG ke-4 yaitu menurunkan kematian anak-anak dibawah usia lima tahun. Millenium Development Goals (MDGs) adalah suatu kesepakatan yang dibuat dalam komunitas internasional melalui Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium PBB di New York pada bulan September tahun 2000
yang menghasilkan suatu deklarasi global yang disebut Deklarasi Milenium. Deklarasi tersebut
disetujui oleh 189 negara dan ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan, kepala negara dan
tokoh-tokoh dunia ini menghasilkan 8 sasaran pembangunan milenium atau Millenium
Development Goals (MDGs). Kedelapan sasaran pembangunan milenium ini telah menjadi salah
satu acuan penting yang ingin dicapai dalam pembangunan di Indonesia sejak tahun 2000 sampai 2015.
Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi. Dilaporkan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2004 angka kematian bayi di Indonesia mencapai 39 per 1000 kelahiran hidup. Data world factbook tahun 2008, angka kematian bayi Indonesia sebesar 31,04 menempati urutan ke 77 dari 222 negara di dunia.
Kejadian gizi buruk di Jawa Tengah mengalami peningkatan pada 2008 terdapat 2.188 kasus gizi buruk. Sedang pada tahun 2009 ini, jumlahnya semakin meningkat menjadi 3.420 kasus gizi buruk. Angka ini cukup tinggi apalagi dengan perancanaan program Jateng Sehat 2010. Tidak hanya itu, tingginya berbagai kasus kesehatan, seperti penyebaran HIV/AIDS, maupun penyakit menular lainnya, juga harus mendapatkan perhatian lebih.
Puskesmas adalah salah satu bentuk dari pelayanan kesehatan primer, terintegrasi antara segi kesehatan penyakit umum dan pencegahan penyakit dalam rangka penanggulangan masalahmasalah kesehatan dan peningkatan status kesehatan masyarakat melalui PKM, posyandu, maupun program KB. Pos pelayanan terpadu (posyandu) merupakan wahana kegiatan keterpaduan KB-kesehatan di tingkat masyarakat, yang melakukan lima program prioritas yaitu: KB, Gizi, KIA, imunisasi dan penanggulangan diare.
Posyandu merupakan salah satu pelayanan kesehatan di desa untuk memudahkan masyarakat untuk mengetahui atau memeriksakan kesehatan terutama untuk ibu hamil dan anak balita. Keaktifan keluarga pada setiap kegiatan posyandu tentu akan berpengaruh pada keadaan status gizi anak balitanya. 5 Pada saat ini pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan utama posyandu yang jumlahnya mencapai lebih dari 260 ribu yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 74.5% (sekitar 15 juta) balita pernah ditimbang minimal 1 kali selama 6 bulan terakhir, 60.9% diantaraanya ditimbang lebih dari 4 kali. Sebanyak 65% (sekitar 12 juta) balita memiliki KMS.
B.      Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan status gizi balita ?
C.      Tujuan
Untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita
D.      Manfaat Penelitian
Ø  Manfaat bagi peneliti
Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan khususnya dalam bidang bidang penelitian serta memberi bahan masukan dan perbandingan bagi penelitian lanjut yang serupa.
Ø  Bagi ibu yang mempunyai balita
Agar ibu dapat mengetahui tentang status gizi anak .
E.       Tinjauan Pustaka
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip danprosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Gizi adalah Gizi adalah proses menggunakan makanan oleh manusia melalui proses – proses (digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat – zat yang tidak digunakan) untuk proses pertumbuhan perkembangan dan mempertahankan kesehatan. Nama lain dari gizi adalah nutrisi.
Status gizi adalah Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam  pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000: 1).

F.       Metodelogi Peneelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional yang mempergunakan desain cross sectional. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah ilmu kesehatan masyarakat.
Variabel yang digunakan pada penelitian ini ada 2 yaitu variabel bebas dan variable tergantung. Variabel bebas adalah partisipasi ibu di posyandu dan variabel tergantung adalah status gizi balita.
Responden adalah Ibu yang memiliki balita 12-36 bulan di Manyaran, Semarang Barat, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi yaitu aktif dalam kegiatan posyandu dan bersedia menjadi responden. Sedangkan kriteria ekslusi adalah ibu yang tidak bersedia menjadi responden, ibu tidak memiliki KMS dan ibu balita yang menjadi kader.
Cara pengambilan data penelitian diambil melalui wawancara dengan teknik secara purposive sampling. Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi hasil wawancara langsung dengan ibu-ibu yang mempunyai balita dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan. Data sekunder adalah data tentang jumlah anak balita yang terdaftar di posyandu yang meliputi tentang kegiatan posyandu yang meliputi penimbangan anak balita dan hasil berat badan anak balita yang diperoleh dari KMS.
Pengukuran yang digunakan untuk mengukur tingkat partispasi dibagi menjadi 3, yaitu partisipasi tinggi apabila jumlah kehadiran 6 kali dalam 6 bulan, sedang apabila jumlah kehadiran 4 kali dalam 6 bulan dan rendah apabila jumlah kehadiran 3 kali dalam 6 bulan.
Pengukuran status gizi balita dibagi menjadi 2, yaitu baik apabila kurva pada KMS menunjukkan
N1 atau N2 dan dinyatakan status gizi tidak baik apabila kurva KMS menunjukan T1, T2 atau T3.
Data yang didapatkan selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan hipotesis menggunakan fisher exact test dengan derajat kemaknaan p≤0,05 sesuai dengan tujuan penelitian. Pengolahan data menggunakan program SPSS for Windows 17.0.







FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH
ABSTRAK
Latar belakang :
 dua pertiga kematian bayi adalah kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) yang menurut Manuaba (1998) dipengaruhi oleh faktor ibu, kehamilan, janin, dan faktor yang masih belum diketahui. Rerata kejadian BBLR tertinggi terjadi di Puskesmas Pamulihan (8,7%) pada tahun 2006-2008 dan terendah terjadi di Puskesmas Tanjungmedar (1,2%). Faktor ibu merupakan faktor yang masih bisa dilakukan intervensi agar tidak terjadi BBLR.
Tujuan penelitian :
ini adalah untuk mengetahui faktor–faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian BBLR di Puskesmas Pamulihan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang Tahun 2008. 
Metode:
penelitiannya korelasional yang bersifat kuantitatif. Teknik pengambilan sampel purposive sampling berjumlah 60 orang ibu bersalin yang memiliki bayi lahir hidup dan memeriksakan kehamilannya. Pengumpulan data dengan studi dokumentasi medical record kemudian dianalisis dengan univariat dan chi-square.
Hasil penelitian :
menunjukkan bahwa faktor-faktor ibu yang berhubungan signifikan dengan kejadian BBLR adalah status gizi, umur, jarak kehamilan, penyakit menahun yang dialami, pekerjaan ibu pada saat hamil dengan ρ value  berturut-turut 0.004, 0.036, 0.045, 0.003, 0.016. Saran yang dikemukakan antara lain perlu peningkatan cakupan pelayanan antenatal, screening status gizi ibu sebelum hamil, tetap menjaga keberhasilan program KB, serta kerjasama lintas sektoral untuk umur berisiko dan penyediaan air bersih.


A.      Latar Belakang
Target Milleneum Development Goals sampai dengan tahun 2015 adalah mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua per tiga dari tahun 1990 yaitu sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup.1 Angka kematian bayi di Indonesia menurut SDKI 2002-2003, 57% angka kematian bayi terjadi pada umur dibawah 1 bulan. Penyebab tersebut antara lain karena gangguan perinatal dan bayi dengan berat badan lahir rendah. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan prematur merupakan penyebab kematian neonatal yang tinggi yaitu sebesar 30,3%.2 Neonatal dengan BBLR beresiko mengalami kematian 6,5 kali lebih besar daripada bayi yang lahir dengan berat badan normal.3 Disamping itu BBLR memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan bayi dengan berat badan normal ketika dilahirkan, khususnya kematian pada masa perinatal. BBLR dapat berakibat jangka panjang terhadap tumbuh kembang anak di masa yang akan datang. Dampak dari bayi lahir dengan berat badan rendah ini adalah pertumbuhannya akan lambat, kecenderungan memiliki penampilan intelektual yang lebih rendah daripada bayi yang berat lahirnya normal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi. 4 Faktor – faktor resiko yang mempengaruhi terhadap kejadian BBLR, antara lain adalah karakteristik sosial demografi ibu (umur kurang dari 20  dan umur lebih dari 34 tahun, ras kulit hitam, status social ekonomi yang kurang, status perkawinan yang tidah sah, tingkat pendidikan yang rendah). Risiko medis ibu sebelum hamil juga berperan terhadap kejadian BBLR (paritas, berat badan dan tinggi badan, pernah melahirkan BBLR, jarak kelahiran). Status kesehatan reproduksi ibu berisiko terhadap BBLR (status gizi ibu, infeksi dan penyakit selama kehamilan, riwayat kehamilan dan komplikasi kehamilan).
B.      Rumusan Masalah
Penerapan penjagaan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi sudah dilakukan oleh RSUD Banyumas. Perencanaan dengan penggerakkan puskesmas dan jajarannya termasuk bidan desa dalam upaya penurunan kejadian BBLR juga telah dilakukan. Program dan fasilitas KIA yang tersedia di RSUD Banyumas sudah cukup lengkap serta adanya penghargaan sebagai rumah sakit sayang ibu dan bayi. Program penurunan kejadian BBLR telah dilaksanakan, namun kejadian BBLR masih cukup tinggi di RSUD Banyumas, bahkan cenderung meningkat dari tahun 2005 (12,97%) sampai dengan 2007 (14,05%). Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui faktor maternal dan kualitas pelayanan antenatal manakah yang merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR di RSUD Banyumas Tahun 2008.
Dari uraian diatas maka dibuat pertanyaan penelitian yaitu “ factor maternal dan kualitas pelayanan antenatal manakah yang merupakan faktor risiko kejadian BBLR di RSUD Banyumas tahun 2008? “
C.      Tujuan
Ø  Menganalisis faktor risiko riwayat penyakit terhadap kejadian BBLR.
Ø  Menganalisis faktor risiko umur ibu terhadap kejadian BBLR.
Ø   Menganalisis faktor risiko paritas terhadap kejadian BBLR.
D.      Manfaat
1. Bagi peneliti
Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan khususnya dalam bidang bidang penelitian serta memberi bahan masukan dan perbandingan bagi penelitian lanjut yang serupa.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi tentang faktor risiko maternal (gangguan/penyakit, umur, paritas jarak kelahiran) serta kualitas pelayanan antenatal terhadap kejadian BBLR.
E.       Tinjauan Pustaka
a.       Berat Bayi Lahir
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh, dll. Berat badan dipakai sebagai indikator terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak. Kualitas bayi baru lahir juga dapat diketahui melalui pengukuran berat badan bayi setelah dilahirkan. Pengukuran berat badan bayi lahir dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan yang relatif murah,mudah dan tidak memerlukan banyak waktu. Berat badan bayi lahir dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu berat badan lahir rendah (BBLR) dan berat badan lahir normal (BBLN) Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan janin antara lain yaitu: faktor janin diantaranya kelainan janin, faktor etnik dan ras              diantaranya disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan, serta factor kelainan kongenital yang berat pada bayi sehingga seringkali mengalami retardasi pertumbuhan sehingga berat badan lahirnya rendah. Selain itu faktor maternal juga mempengaruhi pertumbuhan janin,. Lepasnya sebagian plasenta dari perlekatannya dan posisi tali pusat yang tidak sesuai dengan lokasi pembuluh darah yang ada di plasenta dapat mengakibatkan terjadinya gangguan aliran darah plasenta ke bayi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran bayi waktu lahir yaitu
1.       Jangka waktu kehamilan
Bayi postmatur lebih panjang, berat dan lebih terisi daripada mereka yang lahir pada umur lengkap. Bayi yang sedikit prematur kurang lemaknya dan karenanya tampak agak lemah dan kurus.
2.       Gizi ibu
Terdapat hubungan yang jelas antara gizi ibu selama bulan–bulan terakhir kehamilan dan ukuran bayi pada saat lahir. Semakin buruk gizi ibu semakin kurang berat dan panjang bayinya.
3.       Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi kualitas dan kuantitas gizi ibu selama bulan–bulan terakhir kehamilan dan ukuran bayi pada saat lahir. Semakin buruk gizi ibu semakin kurang berat dan panjang bayinya.
4.       Urutan kelahiran
Rata – rata bayi yang lahir pertama beratnya kurang dan lebih pendek daripada bayi yang lahir berikutnya dalam keluarga yang sama
5.       Ukuran keluarga
Anak – anak yang lahir selanjutnya dalam keluarga besar, terutama bila jarak kelahirannya dekat dengan kelahiran kakaknya, cenderung lebih kecil dari saudaranya yang lebih tua. Hal ini sebagian disebabkan oleh kondisi kesehatan umum ibunya.
6.       Kegiatan Janin
Aktivitas janin yang berlebihan dapat menyebabkan berat bayi dibawah rata - rata untuk panjang badannya. Ini akan member gambaran kurus pada bayi.
b.      Berat Bayi Lahir Rendah
Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang dilahirkan dengan berat kurang dari 2500 gram atau kurang dari 5,5 pon. Secara umum BBLR dibagi menjadi dua yaitu : bayi prematur dan bayi kecil untuk masa kehamilan.
1.       Bayi Prematur
Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Dengan pengelolaan yang optimal dan dengan cara – cara yang kompleks serta menggunakan peralatan yang memadai, gangguan yang berhubungan dengan bayi premature dapat diatasi
2.       Bayi kecil untuk masa kehamilan      
Bayi kecil masa kehamilan sering disebut juga sebagai intrauterine growth retardation (IUGR), ada 2 bentuk IUGR yaitu :
a.    Proportionate IUGR, janin lahir dengan berat, panjang, dan lingkaran kepaladalam proporsi yang seimbang, akan tetapi  keseluruhannya masih dibawah masa gestasi yang sebenarnya
b.    Dispropotionate IUGR, janin lahir dengan panjang dan lingkaran kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi.
C.    Beberapa faktor yang mempengaruhi BBLR adalah :
1.       factor ibu
Sosioekonomi dan demografi
Sosioekonomi meliputi status sosial ekonomi yang rendah, status perkawinan, tingkat pendidikan yang rendah. Budaya meliputi ras/ suku. Faktor demografi meliputi umur ibu sewaktu hamil. Prognosa kehamilan sangat ditentukan oleh usia seseorang. Umur yang terlalu muda atau kurang dari 17 tahun dan umur yang terlalu lanjut lebih dari 34 tahun merupakan kehamilan resiko tinggi. sehingga dapat berakibat terhadap kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin dan beresiko untuk mengalami kelahiran premature.
Faktor sosial ekonomi, budaya berhubungan dengan tingkat pendidikan, pekerjaan ibu, ekonomi keluarga. Pendidikan secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil suatu kehamilan khususnya terhadap kejadian bayi dengan berat badan lahir rendah. Hal ini dikaitkan dengan pengetahuan ibu dalam memelihara kondisi kehamilan serta upaya mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan selama kehamilan.
Ekonomi keluarga dapat menunjukkan gambaran kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan gzi ibu selama hamil yang berperan dalam pertumbuhan janin. Keadaan sosial ekonomi sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan keadaan gizi yang kurang baik dan periksa hamil.
                            b. Resiko medis ibu sebelum hamil dan gangguan, penyakit selama hamil
Bayi berat lahir rendah terjadi apabila ibu mengalami gangguan/komplikasi selama kehamilan seperti hiperemesis gravidarum yaitu komplikasi mual dan muntah pada hamil muda bila terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi, perasaan mual ini disebabkan oleh meningkatnya kadar estrogen. Hiperemesis yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan asupan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin.
c.    Lingkungan dan Prilaku
Perilaku ibu yang suka merokok maupun terkena pajanan asap rokok, serta konsumsi alkohol dan obat-obatan beresiko untuk melahirkan bayi BBLR. Menurut penelitian angka insidensi bayi BBLR dari ibu yang merokok dua kali lebh besar dari ibu yang tidak merokok.

F.       Metodelogi Penelitian
a.       Variabel penelitian
Ø  Variable bebas
·         Penyakit selama kehamilan
·         Umur ibu
·         Jarak kelahiran
Ø  Variable terikat
Berat badan lahir
b.      Hipotesa penelitian
Ø  Penyakit selama kehamilan merupakan faktor risiko terhadap kejadian
BBLR.
Ø  Umur kurang dari 20 tahun dan umur lebih dari 34 tahun merupakan
faktor risiko terhadap kejadian BBLR
c.       Rancangan penelitian
1.       Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional yaitu melakukan pengamatan/pengukuran terhadap berbagai variable subyek penelitian menurut keadaan alamiah, tanpa melakukan manipulasi atau intervensi. Penelitian bersifat analitik yaitu berupaya mencari hubungan antara variabel. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian kasus kontrol (Case Control) yaitu suatu penelitian yang menyangkut bagaimana faktor resiko
dipelajari. Dengan kata lain efek (status kesehatan) diidentifikasikan pada saat ini, kemudian faktor resiko diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu lalu.
2.       Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Pendekatan waktu penelitian adalah retrospektif yaitu mengevaluasi peristiwa yang sudah berlangsung.
3.       Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu :
a.       Data primer
Data primer didapat melalui wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner kepada ibu, pertanyaan berisi tentang penyakit selama kehamilan, umur, paritas, jarak kelahiran, dan kualitas pelayanan antenatal yang dilakukan selama hamil.
b.      Data sekunder
Data sekunder diperoleh melalui hasil pencatatan data yang telah , Data ibu yang melahirkan bayi BBLR dan BBLN, data rekam medis.

4.       Populasi penelitian

Populasi adalah ibu yang melahirkan bayi dalam kurun waktu Maret-Mei 2008 di RSUD Banyumas. Bayi yang lahir BBLR dalam kurun waktu tersebut berjumlah 61 sedangkan bayi yang lahir BBLN berjumlah 408.