HUBUNGAN TINGKAT
PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA
Abstrak
Latar Belakang :
Data menunjukan bahwa angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi. Data World
Factbook tahun 2008, angka kematian bayi Indonesia sebesar 31,04 menempati
urutan ke 77 dari 222 negara di dunia. Kejadian gizi buruk di Jawa Tengah
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Revitalisasi posyandu merupakan
upaya pemberdayaan posyandu untuk mengatasi masalah penurunan status gizi dan
kesehatan ibu dan anak. Keaktifan keluarga pada setiap kegiatan posyandu akan
berpengaruh pada keadaan status gizi balita. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan partisipasi ibu dengan kegiatan posyandu untuk meningkatkan
status gizi anak.
Metode :
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional yang dilakukan
dengan pendekatan
cross sectional. Populasi dan sampel adalah ibu di kelurahan Manyaran
yang memiliki balita 12-
36 bulan. Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling. Pengambilan
data
dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner dan status gizi
pada balita dengan
menggunakan KMS. Analisis data dilakukan uji fisher exact test menggunakan
SPSS for
Windows 17.0.
Hasil :
Ibu dengan partisipasi
rutin sebanyak 31 (77,5%) dan balita dengan status gizi baik sebanyak 29
(72,5%). Analisa data menggunakan fisher exact test untuk variabel
partisipasi dengan status gizi mendapatkan p= 0,007.
Kesimpulan :
Tingkat partisipasi
ibu di posyandu berhubungan dengan status gizi balita. Hal ini berarti ibu yang
hadir di posyandu secara rutin maka status gizi dari balita akan baik.
A.
Latar Belakang
Satu
diantara kedelapan target/sasaran Pembangunan Milenium atau Millenium Development
Goals (MDGs) yang sedang diupayakan untuk dicapai
Indonesia adalah MDG ke-4 yaitu menurunkan kematian anak-anak dibawah usia lima
tahun. Millenium Development Goals (MDGs)
adalah suatu kesepakatan yang dibuat dalam komunitas internasional melalui Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) Milenium PBB di New York pada bulan September tahun 2000
yang menghasilkan suatu deklarasi global yang disebut
Deklarasi Milenium. Deklarasi tersebut
disetujui oleh 189 negara dan ditandatangani oleh 147
kepala pemerintahan, kepala negara dan
tokoh-tokoh dunia ini menghasilkan 8 sasaran pembangunan
milenium atau Millenium
Development Goals (MDGs).
Kedelapan sasaran pembangunan milenium ini telah menjadi salah
satu acuan penting yang ingin dicapai dalam
pembangunan di Indonesia sejak tahun 2000 sampai 2015.
Angka kematian
ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi. Dilaporkan oleh World Health
Organization (WHO) pada tahun 2004 angka kematian bayi di Indonesia mencapai 39
per 1000 kelahiran hidup. Data world factbook tahun 2008, angka kematian bayi
Indonesia sebesar 31,04 menempati urutan ke 77 dari 222 negara di dunia.
Kejadian gizi
buruk di Jawa Tengah mengalami peningkatan pada 2008 terdapat 2.188 kasus gizi
buruk. Sedang pada tahun 2009 ini, jumlahnya semakin meningkat menjadi 3.420 kasus
gizi buruk. Angka ini cukup tinggi apalagi dengan perancanaan program Jateng
Sehat 2010. Tidak hanya itu, tingginya berbagai kasus kesehatan, seperti
penyebaran HIV/AIDS, maupun
penyakit menular lainnya, juga harus mendapatkan perhatian lebih.
Puskesmas
adalah salah satu bentuk dari pelayanan kesehatan primer, terintegrasi antara segi
kesehatan penyakit umum dan pencegahan penyakit dalam rangka penanggulangan
masalahmasalah kesehatan dan peningkatan status kesehatan masyarakat melalui
PKM, posyandu, maupun program KB. Pos pelayanan terpadu (posyandu) merupakan
wahana kegiatan keterpaduan KB-kesehatan di tingkat masyarakat, yang melakukan
lima program prioritas yaitu: KB, Gizi, KIA, imunisasi dan penanggulangan
diare.
Posyandu
merupakan salah satu pelayanan kesehatan di desa untuk memudahkan masyarakat
untuk mengetahui atau memeriksakan kesehatan terutama untuk ibu hamil dan anak balita.
Keaktifan keluarga pada setiap kegiatan posyandu tentu akan berpengaruh pada
keadaan status gizi anak balitanya. 5 Pada saat ini pemantauan pertumbuhan
merupakan kegiatan utama posyandu yang jumlahnya mencapai lebih dari 260 ribu
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 74.5% (sekitar 15 juta) balita
pernah ditimbang minimal 1 kali selama 6 bulan terakhir, 60.9% diantaraanya
ditimbang lebih dari 4 kali. Sebanyak 65% (sekitar 12 juta) balita memiliki
KMS.
B.
Rumusan
Masalah
Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan
status gizi balita ?
C.
Tujuan
Untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang
gizi dengan status gizi balita
D.
Manfaat
Penelitian
Ø Manfaat bagi
peneliti
Mengaplikasikan
ilmu yang diperoleh dalam perkuliahan khususnya dalam bidang bidang penelitian
serta memberi bahan masukan dan perbandingan bagi penelitian lanjut yang
serupa.
Ø Bagi ibu yang mempunyai balita
Agar ibu dapat mengetahui tentang status gizi anak .
E.
Tinjauan Pustaka
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan
termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip danprosedur yang secara Probabilitas
Bayesian adalah benar atau berguna.
Gizi adalah Gizi adalah proses menggunakan makanan oleh
manusia melalui proses – proses (digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat – zat yang tidak digunakan) untuk proses
pertumbuhan perkembangan dan mempertahankan kesehatan. Nama lain dari gizi
adalah nutrisi.
Status gizi adalah Status gizi adalah ukuran keberhasilan
dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan
dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan
yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.
Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data
antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000: 1).
F.
Metodelogi Peneelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional yang
mempergunakan desain cross sectional. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah ilmu kesehatan masyarakat.
Variabel yang digunakan pada
penelitian ini ada 2 yaitu variabel bebas dan variable tergantung. Variabel
bebas adalah partisipasi ibu di posyandu dan variabel tergantung adalah status
gizi balita.
Responden adalah Ibu yang memiliki
balita 12-36 bulan di Manyaran, Semarang Barat, yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi. Kriteria inklusi yaitu aktif dalam kegiatan posyandu dan bersedia
menjadi responden. Sedangkan kriteria ekslusi adalah ibu yang tidak bersedia
menjadi responden, ibu tidak memiliki KMS dan ibu balita yang menjadi kader.
Cara pengambilan data penelitian
diambil melalui wawancara dengan teknik secara purposive sampling. Data yang diambil adalah data primer dan data
sekunder. Data primer meliputi hasil wawancara langsung dengan ibu-ibu yang
mempunyai balita dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan. Data
sekunder adalah data tentang jumlah anak balita yang terdaftar di posyandu yang
meliputi tentang kegiatan posyandu yang meliputi penimbangan anak balita dan
hasil berat badan anak balita yang diperoleh dari KMS.
Pengukuran yang digunakan untuk
mengukur tingkat partispasi dibagi menjadi 3, yaitu partisipasi tinggi apabila
jumlah kehadiran 6 kali dalam 6 bulan, sedang apabila jumlah kehadiran 4 kali
dalam 6 bulan dan rendah apabila jumlah kehadiran 3 kali dalam 6 bulan.
Pengukuran
status gizi balita dibagi menjadi 2, yaitu baik apabila kurva pada KMS
menunjukkan
N1 atau N2 dan
dinyatakan status gizi tidak baik apabila kurva KMS menunjukan T1, T2 atau T3.
Data yang didapatkan selanjutnya
dianalisis secara deskriptif dan hipotesis menggunakan fisher exact test dengan derajat kemaknaan p≤0,05
sesuai dengan tujuan penelitian. Pengolahan data menggunakan program SPSS for Windows 17.0.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar